Pernahkah terpikir bahwa balas dendam adalah kejahatan? keburukan sikap? jika iya, hapuslah perspektif kuno itu, lalu tanam pola pikir yang berbeda, pola pikir yang dapat mendorong perkembangan diri untuk lebih baik.
Lalu mengapa bisa balas dendam yang identik dengan benih-benih kebencian bisa dapat mengembangkan diri? toh bisa jika pola pikir kita tidak termakan oleh kata, seperti "balas" memberikan balasan dari apa yang kita terima, lalu "dendam" sesuatu yang terpendam di dalam hati nan bergejolak rasanya ingin dikeluarkan untuk memberi kepuasan diri, arti yang disebutkan tadi memang benar, namun jangan samakan dengan pola pikir, mungkin kebanyakan orang saat mendengar kata balas dendam maka akan terpikir hal seperti itu, tapi nyatanya balas dendam tak seburuk katanya.
Terbiasalah jika engkau dikecewakan, ditertawakan, ditinggalkan dan diremehken, musabab jika terbiasa engkau akan tenang dan berpikir sehat untuk mempersiapkan pembalasan yang terbaik, yaitu balas dendam dengan menjadi versi terbaik dari dirimu yang bila mana orang-orang akan memandangmu tinggi sebab engkau sudah berkembang jauh dari dirimu sebelumnya, dan engkau tak lagi harus menundukkan kepala di hadapan orang-orang.
Lantas balas dendamlah seperti bunga, dari benih mungil lalu tumbuh perlahan melewati fase di mana orang-orang tak akan melirik sebab tak ada sesuatu yang menarik darinya, lalu hingga pada suatu saat ia sudah memekarkan daun indahnya, manusia mana yang tak ingin memetiknya dan merawatnya dengan kasih sayang?
Comments